Minggu, 18 Agustus 2013

Gandang Dewata 3037 Mdpl

Gunung Gandang Dewata adalah salah satu gunung tertinggi yang terletak di kawasan bagian Barat Sulawesi (pegunungan Quarlesi) dan gunung tertinggi kedua di Sulawesi setelah gunung Latimojong (3140 Mdpl) yang terletak di kabupaten Enrekang. Gunung Gandang Dewata tepat berada di kabupaten Mamasa berbatasan dengan kabupaten Mamuju yang mempunyai ketinggian 3037 meter dari permukan laut.
Gunung ini terletak diwilayah administratif dua kabupaten ini yaitu, Kabupaten Mamasa, dan Kabupaten Mamuju provinsi Sulawesi Barat. Puncak gunung ini juga merupakan puncak tertinggi dari jejeran pegunungan yang terbesar di pulau Sulawesi yaitu pegunungan Quarles. Butuh waktu 8 hingga 12 hari untuk mencapai puncak gunung ini, yang dikarenakan lokasinya yang cukup repot (Grade 7,9) dan susahnya akses transportasi. Hal ini menyebabkan gunung ini jarang sekali didaki. Namun keindahan pemandangan dari puncak gunung ini tidak kalah dengan gunung lainnya. Kondisi hutan yang masih asli, fauna asli pulau Sulawesi banyak terdapat di gunung ini seperti Anoa dan burung Rangkong. Di gunung ini juga banyak dijumpai sungai-sungai yang berair jernih.
Akses Transportasi
Gunung ini bisa dicapai dari Mamasa,dan Mamuju untuk mencapainya sbb:
JalurMamuju
Makassar (Terminal luar Kota) – Mamuju...... menumpang Bus ± Rp.125.000/orang
Mamuju – Le’beng........ Menumpang Pete-pete’(angkot) ± Rp.15.000/orang
Le’beng – Tampaloppo ........ Menumpang Mobil Panther ± Rp.35.000/orang
Tampaloppo – Kallan Tua (Desa Terakhir) Menumpang Ojek ± Rp.100.000/orang atau Bisa Juga langsung Tracking

Jalur Mamasa
Makasar (terminal luar kota) - Mamasa......Menumpang bus ± Rp.100.000/orang
Polewali - Mamasa......Menumpang bus atau panther ± Rp.50.000/orang
Mamasa - Rante Pongko (desa terakhir) ....Menumpang Ojek ± 20.000/orang

Rute Pendakian

Jalur Mamuju
Ada 15 pos lokasi tersebut merupakan tanah datar, dan untuk lokasi sumber air yaitu pada pos VI, pos VII, pos IX, pos X dan pos XIV, sedangkan Untuk Camp Itu Bisa Pada Pos VI Aatau sekalian Lanjut ke pos VII,di pos X, dan pos XV atau puncak tergantung mau nginap di puncak atau tidak.
Perjalanan Pendakian dari Pos I Samapai pos III itu adalah perjalanan Yang paling Melelahkan karena keadaan jalur dengan Kemiringan berkisar 45-60 derajat itu tanpa bonus pokoknya nanjak terus serta keadan hutan yang dah maulai terkena sentuhan Masyarakat. Kalu dari Pos III Menuju Pos VI dah Mulai Landai Dan kondisi Hutan Yang masih aslih nanti Pada Pos VI menuju Pos VII Keadaan Jalur Mulai naik turun lagi Melewati Beberapa lembah.
Dari Pos VII menuju Pos X Kita Menyebrang sungai dan dihadapkan lagi dengan Jalur yang najak terus tapi tak seperti dari pos I – III, kalau dari pos X menuju Puncak Itu Bisa PP kembali ke Pos X tergantung Nginap di puncak atau tidak dengan jalur yang cukup extrem dan berlumut tebal hingga jalur anoa yang mirip dengan jalur pendakian. Dari Pos XIII Puncak Sudah Bisa kita lihat Tergantung cuaca berkabut atau tidak.
Dipuncak Gunung ini terdapat tiang trianggulasi. Dari puncak gunung ini bisa dinikmati pemadangan indah jejeran pegunungan Sulawesi seperti pegunungan Latimojong, gunung Kambuno, Tanjung Rangas, dan pulau karampuang GUnung Ganda Dewata ini memang butuh persiapan yang cukup matang untuk mendakinya, namun suguhan pemandangan alam yang anda dapat setimpal dengan usaha yang telah dilakukan
Jalur Mamasa
Ada 10 pos atau lokasi camp yang bisa digunakan selama pendakian di gunung ini. Lokasi-lokasi tersebut hanya berupa tanah datar. Perjalanan pendakian dari Pos I hingga Pos V melewati hutan yang masih asli serta keadaan jalan setapak yang naik turun punggungan bukit. Tidak jarang pendaki akan menemukan berbagai macam satwa hutan. Dari Pos I hingga Pos V paling tidak butuh 4 - 5 hari perjalanan (tergantung kecepatan ritme pendakian anda).
Dan di pos VI barulah kita bisa memandang puncak Gunung Ganda Dewata, akan tetapi dari Pos VI hingga puncak buth 2 hari perjalanan lagi. Pada Pos VII terdapat sumber air berupa sungai yang cukup besar dan berair jernih.
Perjalanan kembali menanjak cukup curam dan licin untuk mencapai Pos VIII dan hingga Pos IX. Pos XI cocok untuk bermalam sebelum summit attack ke esokan harinya.
Dari Pos IX menuju puncak jalur pendakiannya melewati jalur yang banyak ditumbuhi oleh lumut hingga semata kaki, banyak pohon tumbang karena daerah ini cukup terbuka dan berangin kencang. Ada beberapa dinding tebing yang longsor. Butuh waktu tempuh sekitar 4 jam dari Pos IX hingga puncak..

Perijinan
Untuk perijinan tidak begitu spesifik, jika melwati Jalur mamuju para pendaki hendaknya saat sampai di Desa Gandang Dewata Dusun Kallan, mampir untuk memintah ijin kepada orang atau tokoh adat yang dituakan disana yaitu Nenek Tase,rang (75 tahun) yang akrab di sapa nenek Tase’ bisa juga kepada kepala dusun setempat yaitu bapak Gerson (40 tahun).
Untuk  yang melewati Jalur Mamasa kita bisa meminta ijin pada Bapak Timotius Sandi Minanga atau Papa’ Daud (68 Tahun) yang beralamat di Desa Buntu Buda Kecamatan Mamasa.
Sejarah Nama Gandang Dewata
Sejarah gunung ini diberi nama Gandang Dewata yaitu ada sebuah tebing berbentuk gendang yang terletak di dekat pos 10. Batu berbentuk gendang ini akan bunyi apabila ada orang yang akan meninggal dunia. Yang menjadi misterinya adalah siapa yang memukul gendang itu?.
Kalau rasio ingin menjangkau hal seperti itu adalah hal yang mustahil. Dari kota Mamasa saja gunung Gandang Dewata tidak terlihat, yang terlihat hanya gunung Mambulilling (2573 Mdpl) yaitu gunung pertama dari sembilan gunung sebelum puncak gunung Gandang Dewata. Kepercayaan seperti ini diyakini masih banyak dipegang oleh orang-orang Mamasa. 
Gunung ini juga dikenal mistiknya yang oleh masyarakat setempat To Pembuni (sejenis makhluk halus kerdil yang sering sembunyi). To Pembuni ini mampu menurunkan kabut tebal di barengi dengan angin kencang, sehingga dapat memperhambat perjalanan bahkan dapat berimplikasi negative bagi para pendaki. Yang mengherankan bagi para pendaki yang pernah kesana bahwa hawa di daerah puncak sangat panas karena terik matahari. Di puncak Gandang dewata, kita serasa di atas awan. Hal itu terlihat dari pemandangan yang hanya di kelilingi oleh awan tebal sehingga gunung-gunung yang lain tidak terlihat. Tentu saja ini yang membedakan puncak gunung yang lain selain puncak Gandang Dewata.
Pernyataan diatas di kemukakan oleh Nenek Tase’rang (Nene Tase’) Yang Betul-betul paham dengan keadaan gunung tersebut

Proses pembukaan jalur pertama kali dan pemasangan batu triangulasi pertama
Yang pertama kali membuka jalur pendakian adalah Mapala UGM Yogyakarta pada tahun 1991. Sebenarnya dari dulu memang ada jalur, tapi tidak sampai ke puncak. Jalur tersebut adalah jalur para penduduk untuk berburu binatang anoa (Anoa Quarlesi), yaitu binatang khas Sulawesi yang bentuknya dari depan mirip babi tapi dari belakang tampak mirip rusa. Binatang ini termasuk langka dan dilindungi dan hanya bisa ditemui di Gandang Dewata. Selain berburu anoa, penduduk juga mencari getah damar dan rotan untuk dijual di kota . Hanya saja jalur tersebut belok kanan di pos 8 mengikuti hulu sungai Bonehau, sungai yang mengalir ke kecamatan Kalumpang kabupaten Mamuju.

Dengan peralatan yang safety prosedur, ke sembilan anak mapala UGM ditemani Bapak Daud membuka jalur ke gandang dewata selama dua minggu. Setelah sampai di puncak, mereka menentukan titik puncak yang sebenarnya yang ditunjuk oleh Global Positioning System (GPS) yang mereka bawa. Setelah mapala UGM membuka jalur, barulah kemudian pendaki dari sulawesi mendaki di gunung tersebut dan lambat laun gunung Gandang Dewata mulai dikenal oleh para pendaki tetapi walaupun demikian masih jarang pendaki yang menjamahi gunung tersebut           




2 komentar:

  1. pendakian yang hebat! Aku tak sabar mau berada di puncak gunung ini

    BalasHapus
  2. salam lestari.
    peta tracking atau jalur pendakiannya bisa diperoleh dimana ?
    rencana kami akan melakukan pendakian gunung gandang dewata bulan agustus

    BalasHapus